Picture
Sahabatku hidup ini adalah pilihan, kita dipersilahkan memilih diantara dua jalan, "Kami jadikan dua mata, mulut, dua bibir dan Kami buka dua jalan untuk dipilih" (QS 90:9-10).  "Silakan mau beriman, silahkan mau kufur" (QS 18:29).

Rasulullah bersabda, "Semua umatku masuk Syurga kecuali yang tidak mau". "May ya'ba ya Rasulullah? "Siapa yang tidak mau ya Rasulullah", "Siapa yang mentaatiku maka masuk Syurga dan siapa yang durhaka kepadaku maka dia tidak mau masuk syurga".


Jadi jelaslah dengan akal sehat sudah tahu haq bathil, halal haram dengan segala akibatnya masing-masing, bukan tidak tahu, tetapi tidak mau. Mulai saat ini jangan lagi katakan, "aku belum mendapat hidayah tetapi katakanlah aku belum mau hidayah".


SubhanAllah semoga Allah terus membimbing kita dengan hidayah-Nya... Aamiin".



 
Picture
Tulisan saya kali ini masih tentang ilmu yang saya peroleh saat acara muhasabah akhir tahun Harian Umum Republika di Pusdai, Bandung. Setelah Prof. Miftah Faridl, giliran Aa Gym berbagi ilmu yang sangat bergizi. Semua poin yang disampaikan Aa Gym menarik. Salah satunya membahas tentang pelajaran dari buah kelapa.

Bagaimana proses untuk menjadi sari pati kelapa? Kelapa dijatuhkan dengan sangat keras ke tanah dari atas pohon. Setelah itu, kelapa digunduli dengan cara ditarik ke sana kemari. Bahkan setelah gundul, kelapa harus dipukul dengan sangat keras agar pecah. Selesai? Belum.

Setelah kelapa pecah, buahnya harus dicungkil atau dilepaskan dari batoknya. Tidak cukup sampai disitu, kelapa masih harus diparut menggunakan besi-besi kecil tajam yang ditanamkan pada kayu. Belum juga puas, hasil parutan itu masih harus diperas. Setelah semua proses itu usai, barulah dihasilkan sari pati buah kelapa yang kita kenal sebagai santan.

Begitu pula kehidupan, untuk menjadi orang yang hebat kita harus melalui proses jatuh bangun. Saat ujian datang silih berganti, jangan bersedih. Itu adalah bagian proses yang harus kita lalui agar dihasilkan kehidupan yang lebih bermutu. Kuat dan sabar saat menanggung derita adalah kunci menuju kehidupan yang lebih bermakna.

Untuk hidup yang lebih bermartabat tidak selalu dikelilingi oleh sesuatu yang nikmat. Diperlukan rasa sakit, perasaan tak nyaman, hinaan dan segala derita yang terkadang datangnya tidak kita undang. Tapi itulah proses yang harus kita lalui untuk mendapatkan sari pati kehidupan.

Justru waspadalah saat hidup Anda “ayem tentrem” alias nyaman, tenang dan tak ada cobaan. Boleh jadi kondisi itu adalah awal dari menurunnya kehidupan Anda. Bila hidup diibaratkan bersepeda, saat Anda tak perlu mengayuh itu pertanda jalan sedang menurun.  Namun, bila Anda perlu mengayuh, itu pertanda kehidupan Anda sedang menanjak menuju puncak.

Bila ternyata cobaan tak kunjung datang, maka buatlah kegiatan yang bernyali dan menantang. Ada risiko gagal dalam kegiatan itu, namun juga ada manfaat besar yang bisa Anda peroleh bila kegiatan itu berhasil.

Percayalah, bila kita sering menghadirkan kegiatan yang menantang, hidup menjadi ringan. Sebaliknya, bila kita sering menghindari tantangan, hidup akan stagnan dan berpeluang besar membuahkan derita di hari kemudian.

Kelapa tidak akan menghasilkan sari pati bila prosesnya berhenti di tengah jalan. Anda pun tidak akan menemukan sari pati kehidupan bila tidak sabar saat menghadapi proses kehidupan.

* Dikutip dari website Jamil Azzaini
kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda