Picture
“Dan Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah kalian untuk Allah“. (Qs. Al-Baqarah: 196). Haji merupakan ibadah yang menampakkan sisi ‘ittiba’ aspek peneladanan kepada Nabi SAW yang paling ketara. Sedikit saja dari amaliah haji seseorang yang bertentangan dengan yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW bisa berakibat kepada sisi ‘mabrurnya’ haji seseorang terkurangi, bahkan tidak tercapai.

Rasulullah SAW bersabda, “Ambillah dariku manasik haji”. Haji merupakan salah satu media pembelajaran ketakwaan dan ‘madrasah’ ibadah yang paling penting. Disini akan nampak kuatnya hubungan dan pertalian hati seseorang dengan Allah yang merupakan harta kekayaan orang yang bertakwa dan modal orang yang ahli beribadah. Dalam hal ini, tauhid yang lurus merupakan buah sekaligus motivasi seseorang memenuhi undangan ke Baitullah.

As-Sa’di mengatakan, ayat di atas (Qs. Al-Baqarah: 196) mengandung perintah untuk  melaksanakan haji dengan ikhlas dan sebaik-baiknya sehingga mencapai kesempurnaan. Perintah ikhlas merupakan penjabaran dari nilai tauhid seseorang yang benar kepada Allah SWT.

Dalam perjalanan ibadah haji, ada beberapa aspek tauhid yang terekam, di antaranya; pertama, Talbiyah yang merupakan syiar ibadah haji yang mengandung makna meng-Esa-kan Allah dan meniadakan sekutu bagi-Nya dalam setiap amalan. Sahabat Jabir ra. meriwayatkan bahwa Nabi SAW bertalbiyah meng-Esa-an Allah dengan banyak mengucapkan doa yang artinya, “Ya Allah, Aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu.Tiada sekutu bagi-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu.

Sesungguhnya segala puji, kenikmatan dan juga kekuasaan hanyalah kepunyaan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu”. (HR. Muslim). Talbiyah inilah yang paling banyak menyertai perjalanan haji seseorang yang mencerminkan kesiapan seseorang untuk senantiasa mentauhidkan Allah dalam seluruh kehidupannya.

Tentu ini mengingatkan mereka agar senantiasa berada dalam koridor ‘tauhid’ kepada Allah SWT. Kedua, Nabi menekankan untuk beramal dengan ikhlas serta berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat riya’ (memperlihatkan amal perbuatan kepada orang lain) dan sum’ah (memperdengarkan amal kepada orang lain).

Hadis riwayat Anas ra menyebutkan bahwa Nabi SAW berdoa yang artinya, “Ya Allah, Ku tunaikan haji ini, maka jadikanlah hajiku ini tanpa riya’ dan sum’ah”. (HR. Ibnu Majah).

Ketiga, selain dari aktifitas fisik, maka aktifitas terbanyak dalam ibadah haji adalah doa. Dalam ibadah haji, doa mendapatkan tempat yang istimewa bagi Nabi SAW Rasulullah berdoa memohon kepada Allah ketika tawaf (HR Abu Daud).

Ketika berada di bukit Shafa dan Marwah. Bahkan beliau memanjangkan doa pada hari Arafah. Beliau juga ketika berada di atas untanya mengangkat kedua tangan hingga pada bagian dada seperti seorang fakir menengadahkan tangan meminta-minta.

Demikian pula di Muzdalifah sebagai al-Masy’ar al-Haram, Rasulullah memperpanjang munajat sesudah shalat fajar di awal waktu hingga menjelang matahari terbit. (HR. Muslim). Wallahua’lam.


 
Picture
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling memutuskan hubungan dan janganlah sebagian kamu menyerobot transaksi sebagian yang lain, jadilah kalian hamba-hamba ah yang bersaudara.

Seorang muslim itu saudara muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya, membiarkannya (tidak memberikan pertolongan kepadanya), mendustainya dan tidak boleh menghinakannya. Taqwa itu berada di sini, beliau menunjuk dadanya tiga kali. Cukuplah seorang (muslim) dianggap (melakukan) kejahatan karena melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas muslim lain haram darahnya, hartanya dan kehormatannya". (HR. Muslim dan Ibnu Majah).

Hadis di atas mengajarkan kepada setiap muslim sebagian hal-hal yang bisa menjadi penyebab rusaknya ukhuwah Islamiyah. Perusak ukhuwah seperti disebutkan di atas penjelasannyara lain; pertama, larangan saling mendengki. Berkata Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitabnya Jami'ul Ulum wal Hikam, "Tidak boleh saling mendengki sebagian kalian terhadap sebagian yang lain. Dengki yaitu perasaan tidak suka kalau ada orang lain mengunggulinya dalam salah satu keutamaan yang dimilikinya".

Kedua, larangan saling menipu. Menurut Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitabnya Jami'ul Ulum wal Hikam berkata, "Banyak sekali ulama yang menafsirkan kata'an-najsy' di sini dengan arti meninggikan penawaran harga barang yang dilakukan oleh orang yang tidak akan membelinya, mungkin untuk memberikan manfaat bagi penjual dengan adanya tambahan harga, atau untuk mencelakakan pem beli dengan meninggikan harga yang harus dibayar.

Ketiga, larangan saling membenci. Asy-Syaikh Al-'Allamah Al-Imam Muhammad Hayat As-Sindi berkata, "Janganlah kalian melakukan apa yang akan menyebabkan saling membenci karena itu akan menyebab kan bermacam-macam kerusakan di dunia dan bencana di akhirat."

Keempat, larangan saling memutuskan hubungan (silaturahim). Al-Imam Al-'Allamah Ibnu Daqiqil 'Ied berkata, "Makna 'tadabaru' adalah saling bermusuhan, dan ada pula yang mengatakan saling memutuskan hubungan karena masing-masing saling membelakangi."

Kelima, larangan menyerobot transaksi saudara sesama muslim. Asy-Syaikh As-Sindi berkata, "Ada salah seorang di antara kamu mengatakan kepada orang yang mena war dagangan orang lain, 'tinggalkan lah, aku akan jual kepadamu dengan harga yang lebih murah', atau menga takan kepada orang yang hendak menjual dagangannya kepada sese orang, 'tinggalkanlah, aku kan membeli darimu dengan harga yang lebih tinggi'."

 Semua perbuatan yang disebutkan dalam hadis di atas menafikan ukhuwah Islamiyah, karena seorang mukmin itu mencintai apa yang dicintai untuk saudaranya seperti apa yang dicintai untuk dirinya.

 Nabi SAW bersabda, "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan kasih-mengasihi seperti tubuh, jika salah satu anggota tubuh terasa sakit, maka seluruhnya tidak akan bisa tidur dan demam." (Muttafaq 'Alaih). Wallahua’lam.


 
Picture
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, “Sholat yang paling disukai Allah adalah sholat Daud dan puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Daud. Dia (Daud) tidur seperdua malam, bangun di sepertiganya, tidur lagi di seperenamnya dan berpuasa sehari serta berbuka sehari.” (HR. Bukhori).

Mendengar hal itu, Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash berkata, “Demi Allah aku akan puasa sepanjang siang dan sholat sepanjang malam seumur hidupku.’ Maka Rasulullah SAW berkata kepadanya, ’Apakah kamu yang mengatakan,’Demi Allah aku akan berpuasa sepanjang siang dan sholat sepanjang malam seumur hidupku.’

Abdulah bin ’Amr mengatakan, ”Sungguh aku yang mengatakannya.” Rasulullah SAW bersabda,  “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup untuk itu maka berpuasalah dan berbukalah, sholat malamlah dan tidurlah. Berpuasalah tiga hari dalam sebulan maka sesungguhnya suatu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang sepertinya dan hal itu seperti berpuasa sepanjang masa.”

Aku mengatakan, “Sesungguhnya aku sanggup melakukan yang lebih dari itu wahai Rasulullah.’ Nabi SAW bersabda, “Berpuasalah sehari dan berbukalah dua hari.’ Aku mengatakan, “Sesungguhnya aku sanggup melakukan yang lebih dari itu.’ Nabi SAW bersabda, “Berpuasalah sehari dan berbukalah sehari. Ini adalah puasa Daud dan ini puasa yang paling baik.” Aku mengatakan, “Sesungguhnya aku sanggup melakukan yang lebih dari itu wahai Rasulullah.” Nabi SAW bersabda, “Tidak ada yang lebih utama darinya.” (HR. Bukhori).

Ibnul Qoyyim mengatakan bahwa hadis ini adalah nash tentang berpuasa sehari dan berbuka sehari lebih utama dari berpuasa sepanjang masa. Dan seandainya berpuasa sepanjang masa itu disyariatkan dan dianjurkan maka pasti ia akan banyak dilakukan sehingga menjadi yang paling utama.

Dalam hadis lain, Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa Rasulullah SAW mengabarkan, “Bahwa puasa yang disukai Allah adalah puasa Daud dan sholat malam yang disukai Allah adalah sholat malam Daud.’ Dan Nabi SAW mengabarkannya sekaligus kemudian Nabi SAW menafsirkannya, “Dia (Daud) tidur seperdua malam, bangun pada sepertiganya, dan tidur lagi pada seperenamnya. Dia berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (HR. Bukhori Muslim).

Hadis ini menjelaskan bahwa Allah menyukainya karena sifat ibadah tersebut. Di sela-sela puasa dan sholat malamnya terdapat istirahat yang dengannya akan menguatkan badan dan membantunya untuk menunaikan hak-haknya.

Adapun faedah dari puasa Daud tidak berbeda dengan puasa-puasa lainnya seperti  banyak dibahas dan dikaji oleh pakar kesehatan yang bersumber dari hadis Rasulullah SAW, “Berpuasalah kalian maka kalian (akan) sehat.” (HR. Thabrani).

Sedangkan keutamaannya puasa Daud adalah puasa yang paling utama. Ia lebih utama dari pada puasa tiga hari dalam sebulan yang pahalanya seperti puasa sepanjang masa. Ia lebih utama juga dari puasa Arafah yang ganjarannya adalah dihapuskan seluruh dosa kecilnya selama setahun sebelumnya. Wallahu A’lam.


 
 
Picture
"Ada tiga golongan yang tidak bisa masuk surga; pertama, orang yang durhaka kepada kedua orang tua, kedua, peminum khamer dan ketiga, orang yang mengungkit-ungkit pemberian."

Yang dimasksud mengungkit-ungkit pemberian adalah orang yang telah memberikan sesuatu kepada seseorang, kemudian dalam kesempatan lain orang yang memberi merasa jengkel kepada orang yang telah diberi tersebut, kemudian dia (yang memberi) mengungkit-ungkit kembali pemberiannya.

Tujuan dari mengungkit-ungkit pemberian itu adalah agar yang diberi ingat dan sadar bahwa dia pernah berhutang budi kepadanya, sehingga ia mau berbuat baik terhadapnya.

Mengungkit-ungkit pemberian merupakan perbuatan yang tercela dalam Islam. Allah SWT sendiri membeci perbuatan tersebut seperti dalam firman-Nya, "Wahai orang-orang yang beriman, janganjlah kamu sekali-kali membatalkan sedekahmu dengan mengungkit-ungkit dan menyakitkan hati." (Qs. Al Baqarah: 264).

Mengungkit-ungkit pemberian selain merupakan perbuatan yang dibenci dalam Islam, ia juga menjadi penyebab seseorang masuk ke dalam neraka seperti disabdakan oleh Rasulullah SAW, "Ada tiga golongan di hari kiamat dimana Allah tidak berbicara, tidak melihat dan tidak pula mensucikan mereka dan bahkan bagi mereka siksa yang pedih. Yakni orang yang menutupkan sarungnya hingga mata kaki, orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya, dan orang yang menawarkan dagangannya dengan sumpah palsu." (HR. Muslim).

Dari penjelasan ayat dan hadis di atas, jelaslah bagi setiap muslim bahwa memberi dengan mengungkit-ungkit kembali termasuk perbuatan tercela yang dibenci oleh Allah SWT dan Rasul SAW Selain itu, mengungkit-ungkit pemberian merupakan perbuatan zalim yang akan menimbulkan permusuhan dan kebencian antara pemberi dan penerimanya, sebab yang menerima merasa tercoreng nama baiknya, sementara pemberinnya akan timbul rasa sombong kepada orang yang pernah diberinya.

Allah SWT akan menghilangkan pahala orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian seperti pesan Rasulullah SAW, "Jauhilah olehmu akan mengungkit-ungkit pemberian karena yang demikian itu dapat menggagalkan kesyukuran dan menghilangkan pahala." (HR.Muslim).

Jadi, memberilah dengan penuh keikhlasan. Jangan memberi karena ingin berharap bisa mendapatkan sesuatu seperti; jabatan, harta dan sebagainya. Wallahua'lam

 
Picture
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka kelak mereka akan menemui kesesatan." (Qs. Maryam: 59).

Menurut Sa'id bin Musayyab, menyia-nyiakan shalat ialah tidak segera shalat Dhuhur hingga datang shalat Ashar, tidak segera shalat Ashar hingga datang shalat Maghrib, tidak segera shalat Maghrib sehingga datang waktu Isya, tidak segera shalat Isya sampai datang waktu Subuh dan tidak segera shalat Subuh sampai terbit matahari.

Menyaia-nyiakan shalat berarti juga melambatkan waktu shalatnya. Sa'ad bin Abi Waqqas mengatakan, "Saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang orang yang menyia-nyiakan shalat, maka Nabi SAW menjawab, 'maksudnya orang yang melambatkannya." (HR. Al Bazaar).

Banyak hal yang membuat orang menyia-nyiakan shalat. Diantaranya karena disibukkan oleh harta dan anak-anak. Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman janganlah harta dan anak-anakmu itu dapat melalaikan kamu dari ingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itu kelak akan merugi." (Qs. Al Munafiqun: 63).

Lebih tegas lagi Allah SWT berfirman, "Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam saqar (neraka)." Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak pula memberi makan orang miskin. Dan kami (senang) membicarakan yang batil bersama orang-orang yang membicarakannya. Dan kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami hari kematian." Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat." (Qs. Al Muddatstir: 42-48).

Yang membedakan antara muslim dan kafir juga terletak pada shalat. "Janji (sebagai pembeda) di antara kami dan mereka (orang kafir) ialah dalam hal shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka benar-benar ia telah kafir." (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai). Hadis lain, "Perbedaan antara hamba Allah (yang beriman dan yang kafir) adalah menyia-nyiakan shalat." (HR. Muslim).

Sebaliknya, orang yang mampu menjaga shalatnya dengan baik, maka ia akan selamat di hari kiamat kelak. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menjaga shalatnya, maka ia (shalat) akan menjadi cahaya dan tanda bukti yang bisa menyelamatkannya di hari kiamat kelak. Sedang orang yang tidak mau menjaga shalatnya, (maka) dia tidak mempunyai cahaya, tanda bukti serta penyelamat di hari kiamat nanti, bahkan ia kelak akan berkumpul dengan Fir'aun, Qarun, Haman, dan Ubay bin Khalaf." (HR. Thabrani).

Maka sangat berbahaya orang yang shalat tetapi ia menyia-nyiakan shalatnya, semua amal kebaikan yang pernah dilakukanpun menjadi sia-sia. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menghadap kepada Allah padahal ia menyia-nyiakan shalat, maka Allah SWT tidak menyediakan barang sedikitpun untuk amal kebaikan orang itu." (HR. Al Iraqi). Wallahua'lam.


 
Picture
Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah ada seorang pengemis Yahudi buta. Hari demi hari bila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya".

Namun demikian, setiap pagi juga Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad.

Rasulullah SAW melakukannya setiap hari hingga menjelang wafat. Setelah kewafatan Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abu Bakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.a. Beliau bertanya kepada anaknya, "Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.a menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayahanda engkau adalah seorang ahli sunnah,hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayahanda lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?" tanya Abu Bakar r.a.

“Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.a.

Ke esokan harinya Abu Bakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abu Bakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "Siapakah kamu ?". Abu Bakar r.a menjawab, "Aku orang yang biasa". "Bukan!, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu.

“Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri," pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abu Bakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada.

Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar r.a.

Lalu, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menyantuni orang yang lemah, yang ada di sekitar kita?


 
Picture
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Anas RA disebutkan bahwa telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW Dia lalu berkata, ''Ya, Rasulullah,  sesungguhnya aku telah berbuat dosa.'' Nabi menjawab, ''Mintalah ampun kepada Allah.'' Lelaki itu kembali  berkata, ''Aku bertobat, kemudian kembali berbuat dosa. '' Nabi bersabda, ''Setiap kali engkau berbuat dosa, maka bertobatlah, hingga setan putus asa.'' Lelaki itu berkata lagi, ''Ya, Nabi Allah, kalau begitu dosa-dosaku menjadi banyak.'' Maka, Nabi bersabda lagi, ''Ampunan Allah SWT lebih banyak daripada dosa-dosamu.''

Hadis Nabi Muhammad SAW ini mengisyaratkan bahwa meminta ampunan kepada Allah SWT selalu berkaitan dengan dosa dan salah. Meminta ampun seringkali dihubungkan dengan bertobat kepada Allah SWT.  Keduanya merupakan aktivitas keagamaan yang harus dilakukan setiap manusia. Sebab, manusia adalah ciptaan Allah SWT yang secara fitrah dibekali dengan sikap salah dan lupa. Permintaan ampun tidak akan menuai hasil bila tidak disertai dengan bertobat kepada-Nya, dan meminta maaf kepada orang yang dizalimi.

Tobat berarti meninggalkan sesuatu yang tercela dan terlarang yang ditetapkan dalam Islam demi mencapai sesuatu yang terhormat, mulia, dan terpuji di sisi Allah SWT. Bertobat adalah pengakuan dan penyesalan terhadap perbuatan alpa dan dosa. Ketika ditanya tentang tobat, sufi Sahl Ibn 'Abd Allah dan Al Junaid menjawab, ''Tobat ialah engkau tidak mengingat dosamu.'' Al-Junaid menjelaskan bahwa melupakan dosa berarti tidak lagi mengingat dosa-dosa yang telah diperbuat yang melekat dalam hati.

Ada tiga syarat yang harus dipenuhi seseorang bila tobatnya ingin diterima Allah. Pertama, menyesali diri, karena telah telanjur melakukan maksiat dan melanggar ketentuan-ketentuan agama. Kedua, menjauhkan dan meninggalkan diri dari semua maksiat kapan dan di mana saja berada.Ketiga, berkemauan dan berjanji pada diri sendiri secara sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi kemaksiatan, karena menyadari bahwa perbuatan maksiat menghalangi hubungan dia dengan Tuhannya dan dapat memutus hubungan dengan sesamanya.

Terakhir, orang yang telah berbuat salah dan mau bertobat, harus  meminta maaf kepada orang yang dizalimi. Meminta dan memberi maaf merupakan dasar bagi terwujudnya ishlah.


 
Picture
Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome).

Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya.

Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.

Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.

Kata Nabi SAW, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga”. Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah SAW : “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya : “Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?”. Nabi SAW kembali menjawab : “Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata”.

Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).


 
Picture
Pernahkah kita menginginkan keindahan surga yang disediakan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beruntung? Yang belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terbetik dalam hati?

Di dalam surga terdapat delapan pintu di antaranya adalah pintu Ar-Rayyan yang diperuntukan bagi orang yang shaum (puasa). Seorang wanita yang rajin shalat lima waktu dan shaum, lalu meninggal sedang suaminya ridha maka ia akan dipersilakan untuk masuk surga dari pintu manapun yang ia sukai.

Pintu-pintu surga akan senantiasa terbuka, orang yang shalat akan masuk pintu shalat, yang berjihad akan dipanggil dari pintu jihad, dan yang bersadaqah akan masuk dari pintu shadaqah. (HR. Bukahri Muslim) .

Luas dan lebar pintu surga seperti jarak pengendara tercepat selama tiga hari, jarak antara satu pintu dengan pintu lainnya seperti Makkah dan Bushra (Mutafaqun Alaih) Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya disurga terdapat 100 tingkatan yang disediakan Allah bagi yang berjihad di jalan-Nya. Jarak antara satu tingkat dengan tingkatan yang lainnya seperti jarak antara langit dan bumi. Maka jika kalian minta kepada Allah mintalah Surga Firdaus. " (HR. Bukahri).

Di Surga, sungai-sungai terus mengalir dan tidak pernah berhenti, terletak di bawah ghurat (mahligai) istana-istana dan taman-taman penghuni surga. Sungai-sungai tersebut berupa sungai madu, sungai khamer yang tidak memabukkan, sungai susu dan sungai air jernih yang tidak pernah berubah rasanya.

Sungai-sungai surga memancar dari bagian atas surga, kemudian mengalir turun ke bawah menuju ke semua tingkatan surga. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Firdaus itulah tempat terbaik dan tertinggi derajatnya. Di atas Firdaus terdapat Arsy Allah dan dari situ mengalir sungai-sungai surga. " (HR. Bukhari).

Di antara penghuni surga adalah sebagaimana sabda Nabi Muhammad S.A.W "Maukah aku tunjukan tentang penghuni surga? Ia adalah orang yang lemah dan merendah diri (tawadhu), jika ia bersumpah atas nama Allah pasti Allah memperkenankan sumpahnya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah bersabda, "Adapun 3 orang yang pertama kali masuk surga adalah syahid, seorang hamba yang tidak disibukkan oleh dunia dan taat kepada Rabbnya dan orang fakir yang memiliki tanggungan namun ia menjaga diri dari meminta-minta." (HR. Ahmad). Orang yang miskin akan masuk surga terlebih dahulu dari orang-orang kaya karena mereka tidak memiliki sesuatu untuk dihisab. Selisih waktu antara keduanya adalah 40 tahun. (HR. Muslim).

Surga juga memiliki nama-nama indah yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Di antaranya; Jannatul Firdaus, yang merupakan tertinggi derajatnya. Ia terletak di bawah Arsy Ar-Rahman. Kemudian Jannatun Na'im (yang penuh kenikamatan), Jannatu Adn, Daarus Salam (negeri yang penuh keselamatan), Jannatul Ma'wa dan Darul Khuldi. Subhanallah, semoga kita termasuk salah seorang yang diperkenankan Allah untuk menghuni Surga, amin.